Heavy Clowdy
Ketika matahari
mulai menyinari, menyusup kamarku melalui gordyn kamar yang perlahan-lahan
mulai dibuka oleh si bibi. Aku baru menyadari si bibi udah masuk kamarku.
Kulihat jam menunjukkan 5:45 WIB.
“Bi, aku ga masuk dulu ya hari ini. Mau ke dokter langganan mama, mau cek
takut kenapa-kenapa. Masih pusing nih,” kataku pagi hari itu.
“Sepertinya den Bintang sudah di bawah non jemput non. Emang non ga
bilang sama dia tadi malem?”
“Iya, aku lupa bilang, Bi. Tolong bilangin sama dia, aku masih sakit.
Terus sekarang aku masih tidur. Kalau misalnya dia maksa mau masuk kamar,
bilang ya dari tadi malem aku gamau diganggu. Maaf ya Bi ngerepotin.”
“Yah kan, Bibi kena dosa gara-gara boong nih.”
“Maaf ya, Bi. Nanti aku kasih hadiah buat anak Bibi deh di kampung. Aku
janji! Tunggu aja awal bulan, okeh Bi?” sambil mengedipkan mata genit ke bibi.
“Yah, jadi ngerepotin, Non. Gapapa kok, orang cuman bercanda aja sih, Non,”
si bibi merasa bersalah atas omongannya tadi.
“Itung-itung bonus tahunan aja, Bi.”
Tak lama, si bibi menutup pintu
kamar dan turun ke bawah.
“Den, maaf ya buat Aden nunggu lama.”
“Gapapa, Bi. Gimana kabarnya Karen, Bi?”
“Kayaknya dia masih sakit den. Hari ini aja ga masuk. Masih sakit, Den.
Bibi ga enak tadi bangunin dia.”
“Oh gitu, yaudah. Sampein salam aja dari aku sama bunda ya, Bi. Makasih
ya, Bi,”
Tak lama, Bintang keluar dari rumahku. Di rumah aku
hanya sendirian. Hm, maksudku, pembantu terdekat ku ya cuman si bibi diantara
banyaknya pembantu yang dipekerjakan oleh mama untuk satu orang penghuni.
***
Tiba-tiba bunyi
datang dari hpku. ‘LED merah. Bbm dari
mana lagi?’ ujarku dalam hati. Ketika di cek ternyata dari Nadia.
‘Nadia Hutagallung: Ra, lo kenapa
gamasuk? Kenapa bbm gue cuman di read tadi malem? Sialan lo!! Gue udah panik
setengah mampus juga sama Ezar. Mac lo nih gimana?’
‘Karenina Fujiko Azzahra: Maaf nad
baru dibales, males gw balesnya. Hehe :D. Oh, lo panik ya? Bisa juga panikkin
gw, haha. Kasih aja ke Bintang, tapi kalo Bintangnya mau ke rumah gw. Gimana
acara ngobrol-ngobrol sama calon mertua?’
‘Nadia Hutagallung: Karena rasa
cinta gue sama lo terlalu gede, akhirnya gajadi. Pas gue samperin lo ke
strawberry cakes, lo berdua kaga ada. Sialan lo emang!!! Lo hari ini tiduran
aja dong?’
‘Karenina Fujiko Azzahra: Maaf deh
nad, hehe. Engga, gw pengen chek-up nih ke dokter langganan nyokap gw. Jangan
kasih tau Bintang ataupun pujaan hati lo. Awas lo yak!’
‘Nadia Hutagallung: Apa hubungannya
sama Ezar, ra? Udahan ya, Ms.Linda dateng, bisa-bisa gue kayak kemaren.
Daaaaahhhh babe’
***
Jam menunjukkan
sudah pukul 7:30. Sudah selesai waktunya untuk bersantai nonton TV. Sekarang
waktunya pindah ke kamar mandi. Membersihkan seluruh badan yang bakterinya
mulai minta dijauhkan dari badanku yang mungil. Sebelumnya, aku menelpon dokter
langganan aku, dr.Audy namanya. Orangnya asik diajak buat bicara dan tidak
membuat tegang.
Setelah selesai ber-shower itu, aku memanggil supir untuk
mempersiapkan mobil. Karena aku takut terjadi seperti kemarin, makanya aku
memakai supir untuk hari ini. Dan sepertinya, mama tau hal yang terjadi kemarin
dari si bibi.
***
“Apa yang kamu rasakan, Karenina?” melemparkan senyum terbaiknya terhadap
pasiennya.
“Cukup panggil aku Karen, Dok. Hm..ini minggu kedua sehabis ujian kenaikan
kelas, Dok. Namun setelah ujian, aku merasakan hal yang ganjil, aku tak pernah
merasakan hal ini. Kadang, aku pusing, seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. Dan
yang parahnya kemarin aku pingsan.” Aku serius menjelaskan apa yang aku alami
selama ini. Namun, dr.Audy hanya membalas dengan gombalan seperti jaman
sekarang agar aku tidak terlalu serius.
“Iya, Karen. Cantik banget sih kamu. Kayak mama kamu. Kamu kali
belajarnya terlalu serius. Kata mama kamu, kamu sering menang lomba. Mungkin
itu kali, kurang istirahat.”
“Dokter ga usah ngerayu. Nanti pacar aku marah lho. Hehe. Bener dok ga
kenapa-kenapa?”
“Dokter juga rada ragu sih.
Habis kamu ngomongnya sampai pingsan. Mau di CT-scan?”
“Mau aja Dok, biar pasti hasilnya.”
Lalu aku masuk kedalam peralatan ilmiah itu. Bentuknya
lucu, seperti donat. ‘Jadi pengen J.Co,’
pikir ku dalam hati. Setelah melewati beberapa serangkaian yang rasanya aku mau
melayang ke alam bawah sadar, ternyata itu telah selesai.
“Karen, bangun. Sudah selesai.”
“Oh, cepat juga. Baru mau tidur Dok, hehe.”
“Kita liat hasilnya,”
“Ok, Dok.”
Tak sabar dan antusias menyambutnya. Aku ingin segera
mengetahui apa yang terjadi dengan otakku. Namun, ketika dr.Audy membaca
hasilnya. Raut mukanya berubah. Lalu dia langsung berkata serius.
“Kamu yakin mau tau hasilnya sendirian? Ga mau ditemenin mama papa?”
“Dok, aku ini udah besar. Lagian nih aku punya KTP,” sambil menunjukkan KTP
di dompet ku yang bertanda aku sudah 17th yang berarti aku sudah
dewasa.
“Kuat? Yang tegar ya Karen.”
“Emang ada apa di otak saya, Dok?”
“Ini ada semacam hitam-hitam. Ini pertanda salah satu virus leukimia.”
“Benarkah, Dok? Sudah separah manakah?” kataku lemas tak berdaya.
“Mana mungkin saya berbohong, Karen. Untuk hal pastinya, saya tidak tahu.
Karena saya hanya dokter umum, bukan spesialis. Saya akan kasih kamu surat rujukkan
ke rekan satu profesi saya yang ahli dalam bidang ini, namanya dr.Utami.” lalu
dr.Audy menuliskan semacam surat rujukkan ke temannya dengan tulisan yang
sangat rapih. dr.Audy memang berbeda dengan dokter pada umumnya yang tulisannya
sangat absurd, tapi ia -bisa dibilang- sangat rapih dan bagus.
“Ok, terimakasih atas sarannya, Dok!”
“Sama-sama, Karen. Maaf dokter hanya bisa membantu sampai disini saja.
Karena ilmu kedokteran saya belum sampai. Hasil CT-scan-nya bisa kamu bawa pulang,”
“Dok, bolehkah aku meminta satu hal?”
“Tolong jangan kasih tau mama ya Dok, aku ga mau buat mama khawatir.”
“Tapi kenapa?”
“Aku ga mau home schooling. Aku
mau jalanin beragam aktivitas yang aku punya. Terlalu berharga disaat umurku untuk
dilewatkan masa-masanya. Mengerti kan, Dok?”
“Ok, Dokter mengerti.”
Lalu hasil CT-scan-nya
dimasukkan ke dalam amplop coklat dan aku masukkan ke dalam tas Hush Puppies
aku. Sesampainya diparkiran, pak supir sudah menunggu. Dan aku masuk
kedalamnya, lalu pak supir –orang rumah kedua yang dekat denganku sehabis si
bibi- memulai basa-basinya.
“Non, gimana hasilnya? Baik-baik aja kan ya?”
“Baik kok, Pak. Katanya hanya kecapean dan kurang tidur aja.”
“Oh gitu, syukurlah. Lagian sih non banyak banget aktivitasnya, sampai-sampai
kerjaan bapak diambil sama Den Bintang.”
“Biarinlah Pak, harusnya bapak bersyukur. Gaji tetap dapet, hehe. Lagian dia
yang mau anter-jemput aku.”
***
Tak lama, hpku berbunyi lagi. LEDnya merah. ‘Pasti dari Bintang. Jam-jam segini kan
waktunya istirahat’ gumamku dalam hati. Ketika di cek, benar dugaanku.
‘Bintang Pratama: Hey my little
honey pumpkinku :*. Bangun kamu, udah siang!’
‘Karenina Fujiko Azzahra: Udah
bangun dari tadi sih, ntang. Yeee :p’
‘Bintang Pratama: Udah sarapan
belum? Tadi pelajaran Ms.Linda dahsyat banget lho. Tadi aku disuruh maju ke
depan buat ngerjain soal-soal, untungnya aku bisa.’
‘Karenina Fujiko Azzahra: Yakan
kamu pinter, jadikan ga masalah buat kamu pastinya. Belum, nih mau mampir ke
McD. Kamu mau?’
‘Bintang Pratama: Kamu abis dari
mana? Ga ah, abis makan bakso di kantin tadi.’
‘Karenina Fujiko Azzahra: Abis dari
hatimu, hehe’ kataku menggombal. Hampir saja keceplosan mau ketik abis dari
dokter.
‘Bintang Pratama: Bisa aja kamu deh
ih. Yaudah sana mesen. Aku mau belajar lagi ya, cepet sembuh sayangku’
‘Karenina Fujiko Azzahra: Oh iya,
aku lupa. Tadi nadia nitipin mac aku ke kamu ga? Kalo iya, bawain aja besok.
Kayaknya sweater aku ketinggalan ya di mobil kamu. Coba cek deh’
‘Bintang Pratama: Iya aku juga lupa
ngasih tau, sweater kamu kemarin ketinggalan di mobil aku. Iya dia nitipin mac.
Kamu kebiasaan banget sih ngasih minjem ke orang barang-barang kayak gitu.’
Sehabis itu aku tak bales bbm darinya, lalu aku
menghabiskan makanan yang ada di mejaku, lalu menyisakan beberapa uang kecil untuk
pegawai disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar