Einstein Vs Tulalit
Aku cuma bisa ketawa melihat mereka saling ledek-ledekan
sambil membereskan buku-buku yang ada di mejaku. Mengingat bahwa Ezar adalah sahabatnya
Bintang yang merangkap jadi pacarnya Nadia. Yap! Kita sering double date. Mereka jadian tidak lama
setelah kita -maksudku aku dengan Bintang-. Nadia rada envy denganku, lalu dia minta carikan cowok, begitu pula
dengan Ezar yang melakukan hal serupa kepada Bintang. Maka, kita berpikir untuk
mereka berpacaran, dan sampai sekarang.
“Gimana tadi pelajaran Ms.Linda, pumpkin?
Bisa?” sambil memegang kepalaku dan mengacak-acak poni aku. Aku hanya bisa
tersenyum dengan terasa sedikit geli. Membuat mataku yang sudah sipit menjadi
terlihat merem. Tetapi itu salah satu jurus ampuh membuatku nyaman disisinya.
“Ya, gitu deh. Maaf gabisa dibales satu-satu. Lagi males megang hp.”
“Kamu akhir-akhir ini kenapa sih? Berapa hari lagi ada apa ya?”
“Gapapa. Ada apa?”
“Gapapa kok sayang.” Bintang hanya bisa menelan ludah. Dia tidak tahu apa
yang terjadi pada diriku. Aku pun tak sadar bahwa ada perubahan pada diriku. ‘Tanggal anniversary aja dia ga inget.
Biasanya dia yang paling antusias. What happen my pumpkin?’. Ketika hening
yang lumayan panjang, Bintang mulai pembicaraannya lagi.
“Ayo ke parkiran. Katanya mau ke strawberry
cakes. Udah lama kita ga kesana kan?” sambil menggandeng tanganku.
“Iya, yah…”
***
Ketika mau jalan ke arah parkiran, Nadia memanggil.
Bintang minta izin kepada kami berdua untuk mengambil mobilnya di parkiran dahulu.
“Aku tunggu di lobby ya.”
“Ada apaan, Nad? Sorry ya yang
tadi pelajaran Ms.Linda, gw minta maaf banget.”
“Oh itu, selaw sama gue, Ra.
Gue boleh pinjem flash disk lo, ga?
Gue lupa tadi minta copy soft data presentasi
biologinya si Ubay. Lagian tadi Ubay pelit banget sama gue.”
“Yah, gw ga bawa flash disk, Nad.
Gw tadi minjem flash disknya Ubay
buat di copy ke Mac gw. Mau pinjem? Nih bawa aja,” sambil aku mengeluarkan laptop
keluaran terbaru dari Apple. Sudah
biasa buatku meminjamkan barang elektronik yang penting --menurut temen-temenku
hingga berhari-hari.
“Thanks ya, Ra!”
‘Ttttiiinnnnntinnnn…’
“Tuh, Bintang udah di depan. Gue duluan ya, bareng sama Ezar.”
“Lo mau ikut kita ke strawberry cakes
ga?”
“Ga ah, gue diajak ke rumahnya Ezar mumpung ada nyokapnya.”
“Ayoo pumpkin, ngapain sih
ngajak ngobrol sama pacarnya si Einstein itu. Nanti ketularan rada-rada lhoo. Dia aja udah ketularan
Ezar, tuh…” menunjuk ke arah Nadia.
“Diem lo, Ntang, bacot banget dari tadi. Udah sono lo pergi, Ra!”
“Udah-udah. Kalian ini berantem melulu ga bosen apa. Udah ya, gw duluan,
Ra. Hati-hati dijalan” sambil memasuki mobilnya Bintang dan melambaikan tangan
kepada Nadia dan Ezar yang ternyata sudah berada di sampingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar