Cuteki christmas cards

Jumat, 07 September 2012

star chocolate for the last-- chapter 1


Sakura Terindah
                Mengingat sebentar lagi hari yang ditunggu-tunggu oleh para kaum remaja. Yap! Hari terindah di bulan Februari. Hari Valentine yang jatuh pada tanggal 14. Biasanya, penjual cokelat, bunga atau pun boneka bertebaran menjelang hari ini. Biasanya, para laki-laki memberikan cokelat atau bunga untuk kekasihnya. Begitu pula aku. Aku memang -yang bisa dibilang- lumayan pintar, cantik, dan terkenal. Tak jarang, laki-laki satu sekolah memberikan cokelat dan bunga kepadaku. Tapi itu hanya memenuhi kamarku saja, jadi kupikir mubazir jika dibuang dan kukasihkan kepada sahabat-sahabatku, atau tidak aku bagikan ke anak-anak jalanan, hitung-hitung sedekah kecil-kecilan. Lagi pula, hari kasih sayang setiap hari kan? Mengapa orang begitu antusiasnya menyambut event itu? Aneh!
***
                Orang-orang memanggilku Karen, terkadang Rara. Nama panjangku Karenina Fujiko Azzahra. Memang terdengar rada aneh ditelinga, ini semua karena papaku berkebangsaan Jepang dan mamaku seorang wanita cantik berkebangsaan Indonesia. Mama terlalu excited sama gunung Fuji di Jepang, makanya mama menamai aku itu. Bisa dibilang aku terlahir di keluarga yang berada. Mama dan papaku selalu sibuk dengan urusan bisnis mereka. Terkadang aku envy sama mereka yang orang tuanya sempat meluangkan waktunya untuk bersantai di rumah. Tapi aku sadari, setiap orang terlahir dengan takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan dan mensyukuri dengan caranya masing-masing.
                Aku bersekolah di suatu sekolah Internasional terkenal di Jakarta. Ya, aku -bisa dibilang- termasuk dalam kategori perempuan yang diidam-idamkan oleh para kaum adam di sekolah. Tapi, aku hanya mengganggap itu biasa saja, tidak terlalu penting untuk dibahas. Aku dibekali sebuah handphone keluaran terbaru, beberapa gold credit card jika ‘mereka’ belum mengirimkan uang untukku di awal bulan dan sebuah mobil keluaran terbaru. Banyak sahabat-sahabat yang mengiri kepadaku, tapi jika mereka ingin meminjamnya, kupersilahkan. Sungguh, itu terlalu berlebihan.
                Prestasi yang pernah aku raih pun lumayan banyak, tak terhitung. Mungkin rata-rata piala yang ada di ruang piala khusus itu pemberian dariku. Ya, sahabat-sahabat ku bilang, aku terlalu perfect untuk menjadi seorang wanita. Mungkin ini karena aku mewariskan darah Jepang dari papaku, jadi aku terlihat seperti wanita Jepang. Tapi aku hanya menanggapi ‘tidak ada yang sempurna di dunia ini, kecuali Dia-lah yang menciptakan kita dan alam semesta ini’.
***
“Kamu kemana aja sih? Aku cariin dari tadi tauk. Tau-taunya ada disini. Ngelamun aja, ga baik tauk!” ucapan itu membuyarkan lamunanku. Ternyata dia Bintang. Dia adalah pacarku atau yang lebih tepat seseorang yang menenangkan aku ketika aku gelisah.
“Siapa juga sih yang ngelamun. Lagi liat bunga-bunga nih bagus banget,” kataku mengelak.
“Bohong! Ketauan kok dari matamu kosong tadi. Hayo jujur!”
“Iya, aku mikir sesuatu. Tapi gabisa ceritain ke kamu, maaf ya?”
“Udah makan belum?”
“Belum, males ah.”
“Hp kamu kemana? Kamu lagi pake hp yang mana sih?”
“Oh, ada di tas kok. Males keluarin. Pake yang bb kalo sekolah. iPhone-nya dipake sama bibi,”
“Lho, kok? Kok dipake sama bibi sih?”
“Aku ajarin biar dia gaul, hehe. Kalau weekend kan papa mama baru video call aku, nah baru deh aku pake iPhone-nya, bbnya dipake sama bibi. Tukeran gitu, hehe…”
“Emang dasar kamu, dih!”
‘Trrrrrrrrrrrreeeeeeeeeeeeeetttttttttt’ Bel masuk pun berakhir menandakan jam istirahat pertama berakhir.
“Ntang, aku balik ke kelas duluan yah?” sambil pamit pergi dari dia untuk kembali ke kelas. Diiringi sebuah kecupan hangat yang mendarat di kening dan kedua pipiku.
***
Bintang pun memikirkan sepanjang jalan ke kelasnya apa yang terjadi denganku. ‘Karen kenapa sih akhir-akhir ini? Sering melamun gitu. Rada berubah dari biasanya. Kalau ada masalah cerita, sekalipun itu private. Hm, yasudah lah…’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar