Sinar Matahari Ms.Linda
Setelah melewati
jam-jam penuh perjuangan, hm…maksudku, pelajaran yang tidak bisa dipahami
olehku. Bagaikan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh kaca, otakku
seperti kaca dan rumus bagaikan sinar mataharinya.
“Ra, itu maksudnya apaan sih? Ishh… ga ngerti. Lo nyatet ga? Gue liat
dong?” Aku tak menjawab. Masih melamun.
“Ra, lo denger ga sih?” dia menarik buku tulis yang ada di mejaku. “Ra,
lo dari tadi ngapain aja? Ga nyatet? Lo ngelamun lagi ya?”
“Hah? Ada apaan, Nad? Oh itu, gampang itu mah,” ujarku mengelak
“Bener? Gue pinjem buku paket lo dong. Gue lupa tadi bawa buku.”
“Ambil aja di tas. Sini buku gw. Main ambil-ambil aja. Gw mau lanjutin
nyatet.”
Sambil mengacak-acak isi tas. Ternyata Nadia. Nadia
adalah soulmate-ku semenjak kelas 10. Herannya, walaupun ada pertukaran kelas
ketika kelas 11, -mungkin ditakdirkan untuk bersama- kita bertemu lagi di kelas
yang sama. Dia duduk sebelah kiriku. Setelah mengacak-acak si tasku, dia
melihat hpku.
“LED-nya merah tuh, pasti bbm dari Bintang”
“Kalo bukan, Nad? Sok tau, lo!” Aku langsung melanjutkan mencatat apa
yang di papan tulis.
“Gue buka nih yak. Tuh, kan bener. ‘Bintang
Pratama: Sayang, mau ga nanti ke strawberry cakes? Aku tunggu nanti di
parkiran. Kamu ga bawa mobil kan?’ Ciyeelah…” sambil teriak, hingga
akhirnya…
Prrrrooooottttttttt. Tiba-tiba sebuah penghapus papan tulis
melayang dari tangan dari Ms. Linda, guru fisika kami dan penghapus itu
mendarat di kepala Nadia. Semua mata di kelas langsung tertuju pada seseorang
yang dikenai itu. Sementara, Nadia masih mengelus-elus kepalanya yang masih
sakit.
“Nadia Hutagallung, tadi kamu ngapain berisik-berisik? Lagi ngapain
kamu?”
Nadia panik, lalu mencari alasan-alasan agar tak kena
hukuman. “Hm..ini bu, pinjem bukunya Rara.”
“Ga usah mengelak kamu! Now, you
get out from my class! I’ll bring you to headmaster room, after this class
done.”
“Please, Miss, it’s just little
problem. Don’t bring me there.”
“But you bother everyone in this
class!”
“Please, I hope…” sambil
memajang muka melas agar tidak dibawa ke ruang kepsek. Dan akhirnya Ms. Linda
luluh.
“Ok, for this time I give you a
chance. But, for next time. I don’t know what happen to you, do you
understand?”
“Ok, thanks a lot miss.”
***
Nadia langsung keluar kelas. Dia memang anak yang
seperti itu. Tapi aku agak sedikit kasihan melihat Nadia kena hukuman seperti
itu. Memang sekolah ini terlalu ‘lebay’ peraturannya. Salah sedikit berurusan
dengan kepsek, apa-apa kepsek. Ketika hening, dan Ms. Linda melanjutkan
menuliskan ‘sinar mataharinya’, aku
membalaskan bbm dari Bintang. Sempet kaget melihat hpku, penuh dengan sms,
missed call dan bbm darinya, serta notifikasi social network darinya pula.
‘Karenina Fujiko Azzahra: Aku lagi
pelajaran Ms. Linda. Maaf baru bales, tadi Nadia kena hukuman gara-gara baca
bbm kamu. Yaudah nanti aku mau. Tapi ga lama kan? Aku mau latihan balet buat
pentas nanti.’
Seketika Bintang membalas dengan cepat, pertanda di
kelasnya tak ada guru yang mengajar.
‘Bintang Pratama: Ok, I’ll promises
it my little honey pumpkin :*’
***
Ketika melewati jam istirahat kedua dan akhirnya bel
pulang pun berbunyi. Ternyata Bintang sudah di depan kelasku. Dia langsung
menghampiri Nadia yang mukanya masih rada
absurd, mungkin efek dari ‘Nasihat Ms.Linda’.
“Hey, Nad. Sorry bikin lo dihukum ya. Katanya Karen, lo dihukum gara-gara
baca bbm dari gua yak?”
“Hm….”
“Nad, jangan marah dong. Nanti Ezar ga suka lagi lho sama lo.”
“Boam!!”
“Gua aduin lo yak sama Ezar!”
“Gih sana. Ga takut gue sama Ezar.”
“Yaudah gua bbm Ezar nih.”
“Ezar ga pake paket. Bbmnya off.
Mampus lo mau ngasih tau lewat apa?”
“Nanti kalo ketemu, gua kasih tau. Udah ah gua
mau ke pumpkin gua dulu. Daaaaaahhhhh…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar