Pengertian Penalaran
Menurut
Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis
untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak
ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan
teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala
aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip
penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka
emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusi bersikap
objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.
Sedangkan
Widjono, (2007 : 209), mengungkapkan penalaran dalam beberapa definisi, yaitu:
1. Proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan.
2. Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai
dengan suatu simpulan.
3. Proses menganalisis suatu topik
sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
4. Dalam karangan terdiri dari dua
variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau
menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan
suatu derajat hubungan dan simpulan.
5. Pembahasan suatu masalah sampai
menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Jadi,
dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah proses
pemikiran yang logis untuk memperoleh kesimpulan berdasarkan fakta yang relevan
(sebenarnya). Atau dengan kata lain, penalaran adalah proses penafsiran fakta
sebagai dasar untuk menghasilkan dan menarik kesimpulan.
Unsur
Penalaran Penulisan Ilmiah
Menurut
Widjono, (2007 : 210), unsur penalaran penulisan ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Topik yaitu ide sentral dalam bidang
kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta
dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3. Proposisi mempunyai beberapa jenis,
antara lain:
a.
Proposisi
empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta.
b.
Proposisi
mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan benar
atau salahnya.
c.
Proposisi
hipotetik yaitu persyaratan huungan
subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
d.
Proposisi
kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
e.
Proposisi
positif universal yiatu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
f.
Proposisi
positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut
bersifat positif.
g.
Proposisi
negatif universal, kebalikan dari proposisi positif universal.
h.
Proposisi
negatif parsial, kebalikan dari proposisi negatif parsial.
4. Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan
yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5. Logika yaitu metode pengujian
ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan), argumentasi (pembuktian),
fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
6. Sistematika yaitu seperangkat proses
atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7. Permasalahan yaitu pertanyaan yang
harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel yaitu unsur satuan pikiran
dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9. Analisis (pembahasan, penguraian)
dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan
(korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (argumentasi) yaitu proses
pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
Pembuktian ini harus disertai dukungan yang berupa: metode analisis baik yang
bersifat manual maupun yang berupa software. Selain itu, pembuktian didukung
pula dengan data yang mencukupi, fakta, contoh, dan hasil analisis yang akurat.
11. Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan
dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran
atas hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.
Ciri – Ciri Penalaran
Penalaran
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Adanya
suatu pola pikir yang secara luas di sebut logika.
2.
Sifat
analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
berfikir berdasarkan langkah – langkah tertentu.
3. Menghasilakan kesimpulan berupa
pengetahuan,keputusan atau sikap yang baru.
4. Premis berupa pengalaman atau
pengetahuan, bahkan teori yang telah di peroleh.
Tujuan Penalaran
Tujuan
dari penalaran yang terjadi diatas tersebut adalah untuk menentukansecara logis
atau objektif, apakah yang kita lakukan itu benar atau tidak sehingga dapat
dilaksanakan.
Metode Dalam
Penalaran
Ada dua jenis metode dalam
menalar, yaitu induktif dan deduktif.
A.
Penalaran Induktif
Penalaran
induktif (prosesnya disebut induksi) merupakan proses penalaran untuk menarik
suatu prinsip atau sikap yang berlaku untuk umum maupun suatu kesimpulan yang
bersifat umum berdasarkan atas fakta-fakta khusus.
Contoh
penalaran induktif:
Kerbau
punya mata. Anjing punya mata. Kucing punya mata. Setiap hewan pasti punya
mata.
Ciri-
Ciri Paragraf Induktif:
1. Terlebih dahulu menyebutkan
peristiwa-peristiwa khusus.
2. Kemudian, menarik kesimpulan
berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus.
3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraf.
4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan
Utama, Kalimat Penjelas. Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir
paragraf.
5. Gagasan Utama terdapat pada kalimat
utama.
6. Kalimat penjelas terletak sebelum
kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus.
7. Kalimat penjelas merupakan kalimat
yang mendukung gagasan utama.
Jenis-jenis
Penalaran Induktif :
1. Generalisasi
Penalaran yang
merupakan yang mengandalakan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu
untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Ade adalah tentara yang mempunyai
badan gagah
Bari adalah tentara yang mempunyai
badan gagah
Generalisasi :Semua tentara mempunyai
badan gagah
2. Analogi
(Analogi Induktif)
Dalam analogi, kita membandingkan dua macam hal.Dalam
penalaran ini kita hanya memperhatikan persamaannya,tanpa memperhatikan
perbedaannya.Jadi,kesimpulan yang didapat didasarkan pada persamaan diantara
dua hal yang berbeda. proses penalaran untuk menarik kesimpulan/referensi
tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus
lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.
Tujuan dari
penalaran secara analogi yakni :
a.
Analogi
dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
b.
Analogi
dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
c.
Analogi
dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh:
Para atlet
memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan
lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk
melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk
bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk
menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.
3. Hubungan
Sebab Akibat
Hubungan sebab
akibat diambil dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain,
dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau
dapat juga kita sampai kepada akibat fakta tersebut.
Penalaran
sebab akibat dapat di bedakan menjadi 3 macam :
a.
Hubungan
sebab – akibat
Dalam hubungan
ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik
kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh:
Belajar,
berdoa, tekun, dan tidak putus asa adalah hal yang bisa membuat kita berada di
puncak kesuksesan
b.
Hubungan
akibat – sebab
Dalam hubungan
ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat, selanjutnya
ditarik kesimpulan yang merupakan sebabnya.
Contoh:
Marak terjadi
tindak kriminal di perkotaan seperti, tingkat stres yang tinggi,tawuran antar
wilayah dan bunuh diri yang disebabkan kenaikan harga bbm sehingga mengalami
kesulitan ekonomi.
c.
Hubungan
sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab
dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga
menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat
ketiga, dan seterusnya.
B.
Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif didasarkan pada teori yang berlaku umum tentang hal / gejala. Ditarik
kesimpulan hal yang khusus. Merupakan bagian dari hal/gejala tadi. Secara garis
besar maka penalaran deduktif adalah bergerak dari hal atau gejala yang khusus
menjadi gejala yang khusus.
Jenis-jenis penalaran deduktif :
a.
Silogisme
Penalaran
deduksi biasanya sering digunakan adalah silogisme. Silogisme adala penalaran
secara tidak langsung. Dalam silogisme kita terdapat dua premis dan satu premis
kesimpulan. Kedua premis itu adalah premis umum atau premis mayor dan premis
khusus atau premis minor. Dari kedua premis tersebut kesimpulan dirumuskan.
b. Entinem
Entinem adalah
silogisme yang dipersingkat, hanya terdiri dari premis khusus dan kesimpulan.
Entimen mengandung penyimpulan sebab akibat dari kedua preposisi tersebut,
yaitu preposisi khusus (premis khusus) merupakan sebab bagi apa yang terkandung
di
dalam preposisi kesimpulan.
Contoh :
a. Laptop adalah barang elektronik
membutuhkan aliran listrik untuk beroperasi
b. DVD Player adalah barang elektronik
membutuhkan aliran listrik untuk beroperasi
Perbedaan Karya Ilmiah
dengan Non-ilmiah
Istilah karya ilmiah dan
nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia
tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa
menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan
tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah
maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya
memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang
dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama,karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil
penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara
fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan
pengamatan atau empiri. Kedua, karya
ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah
digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur
dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan
strategi. Ketiga, dalam
pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata
lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam
melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah
yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk
semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara
karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza
(2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan
semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika
dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu
tertentu, dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut
sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih
mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus.
Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati
kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis,
sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari
segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan
semi-ilmiah.
Berdasarkan karakteristik
karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang
tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis,
disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel, feature,kritik, esai, resensi; yang
tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber,
novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat
bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta
umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya
bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya
nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya
nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak
sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif:
penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi
sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat
pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya
tanpa dukungan bukti.
Referensi:
http://www.slideshare.net/Coiem/karya-ilmiah-dan-non-ilmiah
http://baddaysp.blogspot.co.id/2013/04/perbedaan-karangan-ilmiah-dan-non-ilmiah.html
http://baddaysp.blogspot.co.id/2013/04/perbedaan-karangan-ilmiah-dan-non-ilmiah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar