Sejarah Perkembangan Akuntansi Internasional
Untuk
mengetahui laba atau rugi, pedagang-pedagang dari Genoa pada pertengahan abad
ke-14, cukup menghitung harta yang ada pada akhir suatu pelayaran dan
membandingkannya dengan harta yang dibawa pada waktu berangkat berlayar. Perhitungan
rugi laba hanya dibuat pada akhir suatu pelayaran. Pada akhir abad ke-15,
tepatnya tahun 1494, keluar buku pertama yang berbicara mengenai akuntansi. Buku
itu berjudul “Summa De Arithmatica, Geometrica,
Proportioni et Proportionalita” yang dikarang oleh Luca Pacioli. Buku ini
merupakan tonggak sejarah dalam bidang akuntansi. Di dalamnya memuat cara-cara
pembukuan yang sampai kini masih banyak dimuat.
Peran Romawi sebagai gelanggang
percaturan politik dunia surut pada akhir abad ke-15. Ditambah dengan penemuan
belahan dunia dan jalur perdagangan baru, pusat perdagangan pindah ke Spanyol dan
Portugal, kemudian ke Belanda. Sejalan dengan perpindahan pusat perdagangan
tersebut sistem akuntansi Romawi, yang telah dikembangkan sebelumnya, juga ikut
pindah ke negara-negara ini. Kemajuan mencolok dalam bidang akuntansi sejak
perpindahan tersebut adalah mulai dimuatnya perhitungan laba rugi tahunan. Hal ini
kemudian mendorong dikembangkannya penyusunan neraca pada setiap saat setelah
jangka waktu tertentu. Pada tahun 1673, Prancis mengharuskan kepada setiap
perusahaan di negaranya untuk membuat neraca perdagangan paling tidak sekali
dalam dua tahun.
Abad ke-19 ditandai dengan
kejadian-kejadian ekonomi penting, yang akibatnya juga terasa di bidang
akuntansi. Dalam abad ini, revolusi industri berkecamuk di daratan Eropa. Dampak
langsung dari perubahan teknologi industri tersebut adalah berkembangnya bidang
akuntansi biaya dan munculnya konsep penyusutan. Di abad ke-20, perkembangan
besar terjadi pada tahun 1930. Pada saat itu, untuk pertama kalinya diadakan
pembahasan antara New York Exchange dengan American Institute of Certified
Public Accountant guna menetapkan prinsip-prinsip akuntansi yang harus diikuti
oleh perusahaan yang saham-sahamnya terdaftar di bursa. Sebelumnya, pada tahun
1925, Inggris telah mengeluarkan undang-undang yang mengatur sistem pelaporan
keuangan. Sejak saat ini perkembangan banyak berkisar pada praktik-praktik
akuntansi, termasuk digunakannya komputer setelah perang dunia ke-2.
Akuntansi masa kini telah berkembang
dalam tahap masa kedewasaan menjadi suatu aspek integral dari bisnis dan
keuangan global. Keputusan yang berasal dari data-data akuntansi, pengetahuan
mengenai isu-isu akuntansi internasional menjadi sangat penting untuk
mendapatkan interpretasi dan pemahaman yang tepat dalam komunikasi bisnis
internasional.
Beberapa
karakteristik era ekonomi global yang ada dalam akuntansi internasional antara lain;
1. Bisnis Internasional
2. Hilangnya batasan-batasan antar-negara era ekonomi
global sering sulit untuk mengindentifikasi negara asal suatu produk atau
perusahaan, hal ini terjadi pada perusahaan multinasional.
3. Ketergantungan pada perdagangan internasional
Menurut
Choi dan Muller (1998; 1), bahwa ada tiga kekuatan utama yang mendorong bidang akuntansi
internasional kedalam dimensi internasional yang terus tumbuh, yaitu;
1.
Faktor
Lingkungan,
2.
Internasionalisasi
dari Disiplin Akuntansi, dan
3.
Internasionalisasi
dari Profesi Akuntansi.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Akuntansi
Internasional
1.
Sumber pendanaan
Negara
yang memiliki pasar ekuitas yang kuat, akuntansi memiliki fokus atas seberapa
baik manajemen menjalankan perusahaan dan dirancang untuk membantu investor
menganalisis arus kas masa depan dan resiko terkait. Sedangkan dalam negara
yang menerapkan sistem berbasis kredit, memiliki fokus atas perlindungan
kreditor melalui pengukuran akuntansi yang konservatif.
2.
Sistem Hukum
Dunia
barat mempunyai dua orientasi dasar yaitu hokum kode (sipil) dan hokum umum
(kasus). Hokum kode diambil dari hokum Romawi dan kode Napoleon. Di negara-negara
yang menerapkan hokum kode, aturan akuntansi digabungkan dalam hokum nasional
dan cenderung sangat lengkap serta mencakup banyak prosedur. Sedangkan hukum
umum berkembang atas dasar kasus per kasus tanpa adanya usaha untuk mencakup
seluruh kasus dalam kode yang lengkap. Aturan akuntansi menjadi adaptif dan
inovatif karena ditetapkan oleh organisasi professional sektor swasta.
3.
Perpajakan
Di
kebanyakan negara, peraturan pajak secara efektif menentukan standar karena
perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban dalam akun mereka untuk
mengklaimnya guna keperluan pajak. Namun, ketika akuntansi keuangan dan pajak
terpisah, kadang-kadang aturan pajak mengharuskan penerapan prinsip akuntansi
tertentu, yang berbeda dengan prinsip akuntansi keuangan.
4.
Ikatan Politik
dan Ekonomi
Banyak
negara berkembang yang menerapkan system akuntansi yang dikembangkan oleh
bangsa lain, entah karena paksaan ataupun karena keinginan sendiri. Seperti
contoh sistem pencatatan double entry
yang berawal di Italia kemudian menyebar di Eropa; Inggris mengekspor akuntan
dan konsep akuntansi di seluruh wilayah kekuasaannya; pendudukan jerman pada saat
Perang Dunia II menyebabkan Perancis menerapkan plan compactable. USA memaksa rezim pengatur akuntansi bergaya USA
di Jepang pada saat Perang Dunia II.
5.
Inflasi
Inflasi
menyebabkan distorsi terhadap akuntansi biaya historis dan mempengaruhi kecenderungan
(tendensi) suatu negara untuk menerapkan perubahan terhadap akun-akun
perusahaan.
6.
Tingkat
Perkembangan Ekonomi
Faktor
ini mempengaruhi jenis transaksi usaha yang dilaksanakan dalam suatu
perekonomian dan menentukan manakah yang paling utama. Masalah akuntansi
seperti penilaian aktiva tetap dan pencatatan depresiasi yang sangat relevan
dalam sektor manufaktur menjadi semakin kurang penting.
7.
Tingkat
Pendidikan
Standar
praktik akuntansi yang sangat rumit akan menjadi tidak berguna jika
disalahartikan dan disalahgunakan. Pengungkapan mengenai resiko efek derivatif,
misalnya, tidak akan informatif kecuali jika dibaca oleh pihak yang
berkompeten.
8.
Budaya
Budaya
berarti nilai-nilai dan perilaku yang dibagi oleh suatu masyarakat. Variasi
budaya mendasari pengaturan kelembagaan di suatu negara. Empat dimensi budaya
nasional, menurut Hofstede yaitu:
a.
Individualism vs
Collectivism merupakan
kecenderungan terhadap suatu tatanan sosial yang tersusun longgar dibandingkan
terhadap tatanan yang tersusun dan saling tergantung.
b.
Large vs Small
Power Distance adalah sejauh
mana hierarki dan pembagian kekuasaan dalam suatu lembaga dan pembagian
kekuasaan dalam suatu lembaga dan organisasi secara tidak adil dapat diterima.
c.
Strong vs Weak Uncertainty Avoidance adalah sejauh mana masyarakat merasa tidak
nyaman dengan ambigitas dan suatu masa
depan yang tidak pasti.
d.
Maskulintas vs feminimitas adalah sejauh mana peranan gender ditekankan
daripada hubungan dan perhatian.
Konvergensi
Konvergensi
standar akuntansi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu, harmonisasi (membuat
standar sendiri yang tidak berkonflik dengan IFRS), adaptasi (membuat standar
sendiri yang disesuaikan dengan IFRS), atau adopsi (mengambil langsung dari
IFRS). Indonesia memilih untuk melakukan adopsi. Namun bukan adopsi penuh,
mengingat adanya perbedaan sifat bisnis dan regulasi di Indonesia. Oleh karena
itu, saat ini Standar Akuntansi Keuangan milik Indonesia sebagian besar sudah
sama dengan IFRS.
Indonesia
melakukan konvergensi IFRS ini karena Indonesia (diwakili Presiden SBY) sudah
memiliki komitmen dalam kesepakatan negara-negara G-20. Tujuan dari kesepakatan
tersebut adalah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pelaporan keuangan. Selain itu, konvergensi IFRS ini memiliki manfaat lain
seperti meningkatkan arus investasi global melalui keterbandingan laporan
keuangan (saat ini sekitar 120 negara sudah berkomitmen untuk melakukan
konvergensi dengan IFRS). Konvergensi ini seharusnya dicapai Indonesia pada
tahun 2008 lalu, namun karena beberapa hal, DSAK (Dewan Standar Akuntansi
Keuangan) berkomitmen bahwa konvergensi akan dicapai pada 1 Januari 2012. Kegagalan
Indonesia untuk mencapai konvergensi pada tahun 2008 ini harus dibayar dengan
masih tingginya tingkat suku bunga kredit untuk Indonesia yang ditetapkan oleh
World Bank. Hal ini dikarenakan World Bank menganggap investasi di Indonesia
masih berisiko karena penyajian laporan keuangan masih menggunakan Standar
Akuntansi buatan Indonesia (belum IFRS).
Akuntasi Internasional Berbeda dengan Akuntansi
Lainnya
Untuk
lebih jelasnya akuntansi internasional merupakan perbandingan prinsip akuntansi
antar negara yang berbeda dan harmonisasi berbagai standart akuntansi dalam
bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang akuntansi lainnya. Dalam dunia
bisnis dari tahun ketahun mengalami kompleksitas yang tentunya sangat
membutuhkan ilmu akuntansi untuk itu akuntansi harus berkembang agar mampu
memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan diperusahaan
pada setiap perubahan lingkungan bisnis. Dalam kondisi seperti ini akuntansi
memainkan peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Dimana inti dari tujuan
akuntansi yaitu menyediaka ninformasi yang dapat digunakan sebagai pengambilan
keputusan untuk membuat keputusan ekonomi sehingga efisien dan efektif. Dalam
pengambilan suatu keputusan seseorang dituntut untuk memiliki faktor pendukung
yang akurat salah satunya adalah informasi yang dihasilkan dalam suatu proses
akuntansi. Keberhasilan suatu usaha atau bisnis selain diukur dari kinerja
keuangan (laba) juga diukur dari keakuratan dalam menentukan sebuah keputusan
yang diambil dari berbagai pilihan alternatif yang ada.
Bidang
Akuntansi sangat beraneka ragam salah satunya adalah Akuntansi Intenasional.
Akuntansi Internasional muncul karena adanya hubungan kerjasama / bisnis yang
dilakukan antar-negara untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing negara.
Dari transaksi internasional seperti ini yang menjadikan faktor pendukung
munculnya akuntansi internasional. Dimana akuntansi internasional diharapkan
dapat berperan sebagai pedoman untuk perusahaan multinasional dengan transaksi
dan operasi lintas batas negara atau perusahaan dengan kewajiban pelaporan
kepadapara pengguna laporan dinegara lain.
Proses
akuntansinya pun tidak berbeda dan dengan kualifikasi standar pelaporan
tertentu yang diatur secara internasional maupun lokal pada negara tertentu.
Namun perlu kita ketahui bahwa proses akuntansi untuk setiap negara memiliki
perbedaan. Dimana perbedaan itu timbul karena adanya perbedaan dalam bidang
budaya praktik bisnis, struktur politik, sistem hukum, nilai mata uang, tingkat
inflasi lokal, risiko bisnis, dan serta aturan perundang-undangan mempengaruhi
bagaimana perusahaan multinasional melakukan kegiatan operasionalnya dan
memberikan laporan keuangannya.
Ada
perbedaan akuntansi internasional dengan akuntansi lainnya adalah terletak pada
:
1. Pelaporan untuk MNC/MNE (Multi National Corporation)
2. Batas Negara
3. Pelaporan untuk pihak lain di negara yang berbeda
4. Perpajakan Internasional
5. Transaksi Internasional
Porsi Pengembangan Akuntansi Internasional
Choi
et.al (1998:38) mengungkapkan bahwa secara struktural pengembangan akuntansi
internasional yang terjadi sekarang meliputi porsi sebagai berikut :
1. Pola Pengembangan Komparatif
Pendekatan yang dikembangkan oleh Mueller
yang berbeda terhadap pengembangan akuntansi dapat diamati di negara-negara
barat yang memiliki sistem ekonomi yang berorientasi pasar, meliputi; Pola
makorekonomis, pola mikroekonomis, pendekatan disiplin independen, dan
pendekatan akuntansi seragam. Wolk & Tearney, (1992; 578) menggagas, bahwa
secara teoritis ada tiga model yang disodorkan untuk menyeragamkan pemahaman
mengenai akuntansi internasional, yaitu;
a.
Absolute Uniformity, berarti satu set standar akuntansi yang baik dalam
satu format pelaporan keuangan akan berlaku di seluruh komunitas ekonomi
internasional tanpa membeda-bedakan keadaan ekonomi dan kebutuhan pemakai.
b.
Circumstantial Uniformity, berdasarkan basis trans-nasional yang mengijinkan
perbedaan metode akuntansi yang digunakan dimana keberadaan akuntansi
ditunjukan.
c.
Purposive Uniformity, akan mempertimbangkan kedua keadaan perbedaan yang
mendasarinya seperti halnya kebutuhan pemakai yang berbeda dan manfaatnya.
2. Pengembangan Kerangka-Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang dikembangkan
menggunakan dasar pikiran akuntansi sebagai suatu disiplin independen.
Faktor-faktor internal atau intrinsic dari akuntansi disusun secara hirarkis
dan berhubungan secara horizontal dalam usaha untuk mengembangkan struktur
internal yang komprehensif dan konsisten bagi semua aspek disiplin akuntansi
keuangan.
3. Perusahaan Multinational (MNCs) sebagai agen
pengembangan Akuntansi
Pada saat ini harmonisasi pengukuran
akuntansi dan pengungkapan keuangan komprehensif masih jauh dari harapan.
Meskipun demikian, dapat ditemui keinginan-keinginan untuk melihat harmonisasi
akuntansi global yang lebih besar.
4. Kebutuhan Akuntansi dari Negara Berkembang
Perhatian akuntansi di negara berkembang
meliputi: (1) tipe sistem akuntansi yang sedang dibutuhkan dan (2) pendidikan
dan sarana lalin apa yang harus dipakai negara sedang berkembang untuk
memperbanyak akuntan terlatih. Cara yang lain adalah dengan transfer teknologi
akuntansi negara maju yang dilakukan secara selektif.
5. Fungsi Akuntansi dalam Ekonomi Terpusat
Perbedaan yang mendasar antara ekonomi pasar dan
ekonomi terpusat adalah bahwa dalam ekonomi terpusat, semua aktivitas ekonomi
yang substantif dikelola oleh pemerintah. Choi et. al (1998;52) menggambarkan
perbedaan fungsi akuntansi dari ekonomi pasar dan ekonomi pusat dilihat dari
struktur organisasi, pembukuan, pengendalian dan audit, dan referensi-referensi
untuk follow up.
Sumber:
S.R., Soemarso. 2009. Akuntansi
Suatu Pengantar, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
http://maristafitri.blogspot.co.id/2015/03/perkembangan-dan-klasifikasi-akuntansi.html
diakses pada Selasa, 28 Februari 2017 pukul 06.15 WIB.
http://kartikaasmara.blogspot.co.id/2015/04/perkembangan-akuntansi-internasional.html
diakses pada Selasa, 28 Februari 2017 pukul 06.15 WIB.
http://noviantyrisca.blogspot.co.id
diakses pada Selasa, 28 Februari 2017 pukul 06.17 WIB.